Cyberbullying Menjadi Faktor Pentingnya Batasan Usia Pengguna Media Sosial

Maraknya budaya korea terutama K-Pop mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 2007. Genre musik K-Pop yang digemari oleh masyarakat Indonesia dari kalangan anak-anak hingga dewasa melahirkan beberapa komunitas penggemar di media sosial yang ramai digunakan publik kala itu, yakni Facebook. dewa poker

Namun, komunitas yang seharusnya menjadi sarana berbagi ketertarikan dan menambah jalinan pertemanan tersebut tidak dapat dipungkiri memiliki sisi gelap yang mungkin merugikan anggota kelompoknya. 

Sebuah contoh kasus terjadi sekitar tahun 2013-2014 yang dialami seorang perempuan dengan inisial RA yang kala itu berusia 12 tahun. Mulanya, RA ikut meramaikan budaya K-Pop mengikuti teman-teman kelas di sekolahnya dan menjadikan salah satu grup K-Pop yang sama sebagai idola mereka. Meskipun anggota komunitas tersebut sama-sama mengidolakan salah satu grup K-Pop yang sama, namun mereka memiliki idola individu masing-masing dalam grup tersebut atau yang biasa dikenal dengan sebutan "bias". 

Mulanya, pertemanan RA dan teman-teman kelasnya tersebut berjalan dengan baik dan tidak terdapat konflik apapun. Hingga suatu hari, RA diberi informasi oleh beberapa temannya tersebut bahwa terdapat seseorang yang mengunggah status Facebook dengan menggiring sebuah opini yang merugikan RA. 

Meskipun pada status Facebook tersebut tidak disebutkan secara langsung nama yang dimiliki oleh RA, namun inisial yang disebutkan pada status Facebook tersebut menyebabkan rumor bahwa RA merupakan orang yang dituju.

 "Ada yang bikin status FB gitu ngejelek-jelekin aku, pake inisial sih tapi orang-orang udah ngira itu nama aku", Ucap RA saat dimintai keterangan. 

Tidak memahami awal mula kejadian tersebut, RA pun tidak mengambil pusing masalah itu dan tetap menggemari budaya K-Pop seperti biasanya. Meskipun ia tahu bahwa pelakunya ialah teman kelasnya sendiri, RA tetap memiliki itikad baik untuk tetap menjalani pertemanan. 

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, nama baik RA seolah menjadi buruk akibat pelaku menyebarkan rumor tentang RA pada komunitas online grup K-Pop tempat mereka bergabung. Hampir seluruh dari anggota komunitas kemudian melabeli RA sebagai seseorang yang memiliki kepribadian buruk. Mereka seolah menjauhi RA dan acuh terhadap keberadaan RA di grup komunitas tersebut. 

"Awalnya di grup pada ramah-ramah aja, tapi semenjak kejadian itu semuanya seolah jadi ga suka sama keberadaan aku di grup itu", Ucap RA menambahkan. 

RA pun memilih untuk keluar dari grup komunitas tersebut. Tak cukup sampai disitu, pelaku pembuat status Facebook tersebut kembali membuat status baru yang mengfitnah RA dan kemudian menghasut teman-teman kelas lain untuk menjauhi RA. Semenjak saat itu, teman kelas RA kemudian hilang satu per satu dan RA menjadi seorang gadis penyendiri.

"Waktu udah gak punya temen kelas sedih banget sih rasanya, malu juga jadi bahan omongan orang padahal aku sendiri engga tau masalahnya apa", Ucap RA sambil mengingat masa lalunya. 

Seolah didatangi oleh kesialan yang bertubi-tubi, status FB tersebut ternyata kemudian ramai di kalangan sekolah RA, terutama di kalangan teman-teman kelas lain seangkatan RA. Hal tersebut menyebabkan RA semakin dijauhi tak hanya oleh teman sekelas, namun juga oleh teman sekolah yang setara dengannya. RA bahkan sampai saat itu masih belum mengetahui permasalahan yang ia perbuat sehingga menyebabkan hal-hal selama ini terjadi dan menjadikan ia dijauhi oleh teman-teman sekolahnya. Pada saat itu, RA merasa bingung karena teman-temannya bahkan seolah tidak sudi diajak berbicara olehnya. Padahal, RA memiliki niat untuk meluruskan masalah tersebut dan menjalin kembali tali pertemanan yang selama ini telah rusak.   

"Udah sempet coba ngajak ngobrol mereka biar masalahnya selesai, tapi mereka bahkan kayak gamau aku ajak ngobrol", Ungkap RA.

Hari demi hari RA lalui di masa sekolahnya tanpa memiliki teman sebaya. Ia menghabiskan waktu di sekolah sendirian, bahkan, ketika anak-anak lain pulang bersama, RA perlu pulang sendirian dengan menerima tatapan sinis dari teman-temannya. RA mengaku ia sampai mengalami kondisi untuk tidak ingin masuk sekolah karena tidak memiliki teman. RA juga tidak menceritakan kejadian tersebut kepada kedua orang tuanya dan beralasan tidak enak badan ketika rasa cemas untuk masuk sekolah itu datang. Ia masih tidak mengerti sebuah status Facebook dapat berdampak pada kehidupannya hingga sejauh ini. 

Beranjak memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), RA masih mengingat masa-masa kelamnya di Sekolah Dasar yang terus menghantuinya. Ia bahkan memilih untuk menghindari untuk mendaftar ke Sekolah Menengah Pertama yang telah dipilih oleh teman-temannya di Sekolah Dasar sekalipun sekolah tersebut merupakan sekolah favorit di daerahnya. Ia masih takut jika harus mengalami hal yang serupa seperti yang ia alami di Sekolah Dasar akibat perbuatan teman-temannya tersebut. Bahkan hingga kini, RA lebih memilih untuk tidak berhubungan lagi dengan teman-temannya tersebut dan menjalani kehidupan tanpa melibatkan kenangan masa Sekolah Dasarnya.   rtp live slot

Apabila ditelaah, kejadian yang dialami oleh RA telah berdampak pada psikis RA dan mengganggu kehidupan sehari-hari RA. Dari beberapa sudut pandang orang, mungkin hal tersebut merupakan hal yang biasa terjadi di kalangan usia beranjak remaja. Namun, kejadian tersebut tetap tidak dapat dinormalisasi karena dapat menjadi pemicu lahirnya generasi yang menormalisasikan penindasan. 

Selain itu, hal ini dapat menjadi pembelajaran bahwasannya ketentuan pengguna aplikasi media sosial perlu diperketat dengan membuat batasan usia pengguna. Hal itu dapat mencegah terjadinya hal serupa yang dilakukan oleh anak-anak yang masih memiliki emosi yang belum stabil.rtp dewapoker

Comments

Popular posts from this blog

Campur Kode Di Kalangan Penggemar K-Pop Di Media Sosial

5 Red Flag Korea Selatan, Tak Seindah Drama Korea

NewJeans Cetak Sejarah di MAMA 2023